Monday, December 22, 2008

Nur Dari Timur

Oleh Gede Prama dikutip dari sini

Ia yang pernah hidup di Barat tahu kalau berbicara itu amat penting. Dibandingkan kehidupan di Timur, lebih banyak hal di Barat yang diekspresikan dengan kata-kata.

Fight, argue, dan complain, itulah ciri-ciri manusia yang disebut ”hidup” di Barat. Tanpa perlawanan, tanpa adu argumentasi, orang dianggap ”tidak hidup” di Barat. Intinya, melawan itu kuat, diam itu lemah, melawan itu cerdas, dan pasrah itu tolol.

Dengan latar belakang berbeda, pola hidup ala Barat ini menyebar cepat melalui televisi, internet, radio, media, dan lainnya. Dengan bungkus seksi demokrasi, hak asasi manusia, semua dibawa ke Timur sehingga dalam banyak keadaan (angka bunuh diri naik di Jepang, Thailand mengalami guncangan politik, Pakistan ditandai pembunuhan politik), banyak manusia di Timur mengalami kebingungan roh Timur dengan baju Barat.

Perhatikan kehidupan desa sebagai barometer. Tanpa banyak berdebat siapa yang akan menjadi presiden, ke mana arah masa depan, partai apa yang akan menang. Di desa yang banyak burungnya, tetapi manusianya banyak menonton televisi (sebagai catatan, realita di desa amat sederhana, tontonan di televisi amat menggoda), tema hidup setiap pagi adalah ”burung menyanyi, manusia mencaci”.

Berhenti melawan

Bayangkan seseorang yang tidak bisa berenang lalu tercemplung ke sungai yang dalam. Pertama-tama ia melawan. Setelah itu tubuhnya tenggelam. Karena tidak bisa bernapas, meninggallah ia. Anehnya, setelah meninggal tubuhnya mengapung di permukaan air. Dan alasan utama mengapa tubuh manusia meninggal kemudian mengapung karena ia berhenti melawan.

Ini memberi inspirasi, mengapa banyak manusia tenggelam (baca: stres, depresi, banyak penyakit, konflik, perang) karena terus melawan. Yang menjadi guru mau jadi kepala sekolah. Orang biasa mau jadi presiden. Pegawai mau cepat kaya seperti pengusaha. Intinya, menolak kehidupan hari ini agar diganti kehidupan yang lebih ideal kemudian. Tidak ada yang melarang seseorang jadi presiden atau pengusaha, hanya alam mengajarkan, semua ada sifat alaminya Seperti burung sifat alaminya terbang, serigala berlari, dan ikan berenang.

Suatu hari konon binatang iri dengan manusia karena memiliki sekolah. Tak mau kalah, lalu didirikan sekolah berenang dengan gurunya ikan, sekolah terbang gurunya burung, sekolah berlari gurunya serigala. Setelah mencoba bertahun-tahun semua binatang kelelahan. Di puncak kelelahan, baru sadar kalau masing-masing memiliki sifat alami. Dalam bahasa tetua di Jawa, puncak pencaharian bertemu saat seseorang mulai tahu diri.

Meditasi tanpa perlawanan

Nyaris semua manusia begitu berhadapan dengan persoalan, penderitaan langsung bereaksi mau menyingkirkannya. Bosan lalu cari makan. Jenuh kemudian cari hiburan. Sakit lalu buru-buru mau melenyapkannya dengan obat. Inilah bentuk nyata dari hidup yang melawan sehingga berlaku rumus sejumlah psikolog what you resist persist. Apa saja yang dilawan akan bertahan. Ini yang menerangkan mengapa sejumlah kehidupan tidak pernah keluar dari terowongan kegelapan karena terus melawan.

Berbeda dengan hidup kebanyakan orang yang penuh perlawanan, di jalan meditasi manusia diajari agar tidak melawan. Mengenali tanpa mengadili. Melihat tanpa mengotak-ngotakkan. Mendengar tanpa menghakimi. Bosan, sakit, sehat, senang, dan sedih semua dicoba dikenali tanpa diadili. Ia yang rajin berlatih mengenali tanpa mengadili, suatu hari akan mengerti.

Dalam bahasa Inggris, mengerti berarti understanding, bila dibalik menjadi standing under. Seperti kaki meja, kendati berat menahan, ia akan berdiri tegak menahan meja. Demikian juga dengan meditator. Persoalan tidak buru-buru dienyahkan, penderitaan tidak cepat disebut sebagai hukuman, tetapi dengan tekun ditahan, dikenali, dan dipelajari. Setelah itu terbuka rahasianya, ternyata keakuan adalah akar semua penderitaan. Semakin besar keakuan semakin besar penderitaan, semakin kecil keakuan semakin kecil persoalan. Keakuan ini yang suka melawan.

Indahnya, sebagaimana dialami banyak meditation master, saat permasalahan, penderitaan sering dimengerti dalam-dalam sampai ke akar-akarnya, diterangi dengan cahaya kesadaran melalui praktik meditasi, ia lalu lenyap. Ini mungkin penyebab mengapa Charlotte JokoBeck dalam Nothing Special menulis, ”Sitting is not about being blissful or happy. It’s about finally seeing that there is no real difference between listening to a dove and listening to somebody criticizing us”. Inilah berkah spiritual meditasi. Tidak ada perbedaan antara mendengar merpati bernyanyi dan mendengar orang mencaci. Keduanya hanya didengar. Yang bagus tak menimbulkan kesombongan. Yang jelek tak menjadi bahan kemarahan. Pujian berhenti menjadi hulunya kecongkakan. Makian berhenti menjadi ibunya permusuhan.

Saat melihat hanya melihat. Ketika mendengar hanya mendengar. Perasaan suka-tidak suka berhenti menyabotase kejernihan dan kedamaian. Meminjam lirik lagu Bob Marley dalam Three little birds: don’t worry about the things, every single thing would be allright. Tidak usah khawatir, semua sudah, sedang, dan akan berjalan baik. Burung tak sekolah, tak mengenal kecerdasan, tetapi terhidupi rapi oleh alam, apalagi manusia. Inilah meditasi tanpa perlawanan. Paham melalui praktik (bukan dengan intelek) jika keakuan akar kesengsaraan. Begitu kegelapan keakuan diterangi kesadaran, ia lenyap. Tidak ada yang perlu dilawan.

Seorang guru yang telah sampai di sini berbisik: the opposite of injustice is not justice, but compassion. Selama ketidakadilan bertempur dengan keadilan, selama itu juga kehidupan mengalami keruntuhan. Hanya saling mengasihi yang bisa mengakhiri keruntuhan. Sejumlah sahabat di Barat yang sudah membadankan kesempurnaan meditasi seperti ini kerap menyebut ini dengan Nur dari Timur. Cahaya penerang dari Timur di tengah pekatnya kegelapan kemarahan, kebencian, ketidakpuasan, dan kebodohan. Seperti listrik bercahaya karena memadukan positif-negatif, meditasi hanya perpaduan kesadaran-kelembutan, membuat batin bisa menerangi diri sendiri.

Tuesday, December 02, 2008

Jika Gurumu Wali Quthub, Engkau Tidak Perlu Lagi Mencari Imam Mahdi

Oleh sufimuda. dikutip dari sini

Allah SWT akan bertanya kepada setiap orang di Hari Akhir nanti, “Apa yang kamu bawa hari ini, wahai hamba-Ku?” Apakah kamu membawa Qalb-us-Saliim, hati yang murni, hati emas yang mulia?” Allah SWT meminta setiap orang agar mempunyai hati yang bersih. Anda hanya bisa mendapatkannya melalui Tarekat. Mereka yang tidak menjalani tarekat hanya memenuhi hidupnya dengan kehidupan luar, meninggalkan hatinya. Ada 41 aliran tarekat, 40 di antaranya diturunkan melalui hati Imam ‘Ali RA, KW dan satu lagi, Tarekat Naqsybandi berasal dari Abu Bakar ash-Shiddiq RA. Rasulullah SAW mempunyai 124.000 sahabat. Siapa sahabat terdekatnya? Beliau adalah Abu Bakar RA. Rasulullah SAW bersabda, “Seluruh hal yang Allah SWT percayakan kepadaku di malam ‘Isra, telah kutanamkan ke dalam hati Abu Bakar RA.”

Sayyidina Ali KW dihubungkan dengan Abu Bakar RA sedemikian rupa sehingga Sayyidina Ali KW mendapat gelar Kota Pengetahuan. Hal ini dikenal sangat baik di antara para Syekh pemegang tarekat yang sebenarnya. Mereka semua menghormati Tarekat Naqsybandi sebagai yang pertama. Syekh sejati, bukan mereka yang menyebut dirinya sendiri Syekh, seluruh Syekh yang termahsyur, seperti: Jilani QS, Rumi QS, Darqawi QS, Rifa’i QS mereka semua mengetahui posisi sebenarnya dari Tarekat Naqsybandi. Sekarang jika seseorang berada dalam satu aliran tarekat, mereka bisa saja mengambil Tarekat Naqsybandi dan tetap bebas menjalankan amalan-amalan seperti biasanya atau menjalankan amalan Tarekat Naqsybandi. Jika hanya melakukan amalan Tarekat Naqsybandi saja itu sudah cukup. Tidak menjadi masalah apabila anda berasal dari tarekat lain kemudian mengikuti Tarekat Naqsybandi. Beberapa orang merasa takut kalau Syekhnya mendengar bahwa dia telah menganut tarekat kedua lalu dia akan marah. Jika dia adalah Syekh sungguhan, bagaimana mungkin dia bisa marah? Seorang Syekh sejati harus mengetahui apakah muridnya bersama dia di Hari Perjanjian (pada awal penciptaan) atau tidak. Seorang penggembala mengetahui keadaan biri-birinya, satu dalam seribu, bahkan jika mereka semuanya berwarna putih. Dia memiliki cahaya di matanya dan mengenal mereka tanpa membuat kesalahan. Dalam tarekat tidak ada kepiluan bila seorang murid pergi ke Syekh yang lainnya. Kami berterima kasih kepada Syekh pertama yang telah melatihnya sampai dia bertemu Syekh yang sesungguhnya.

Abu Yazid QS berkata, “Selama melakukan pencarian, Aku bertemu 99 Syekh sebelum Aku bertemu Grandsyekh Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar ash-Shiddiq RA.” Anda bisa bertemu dengan banyak Syekh dan melakukan suatu amalan, tetapi tidak akan menemukan kepuasan sampai akhirnya anda menemui Seorang Saidi Syekh, Pemimpin Para Syekh dan Wali Quthub Penghulu sekalian Wali seperti sungai yang bertemu samudra. Begitu banyak Syekh yang hanya menjadi pelatih, menunggu sampai akhirnya Saidi Syekh memanggilmu. Bukan melalui surat, dari hati ke hati, di sana banyak sekali jalan. Jika seorang Naqsybandi Syekh memberi tarekat, beliau harus memberitahu muridnya siapa Saidi Syekh di Tarekat Naqsybandi saat itu dan beliau harus mengarahkan kepadanya.

Imam Mahdi AS dan ketujuh wazir (panglima) besarnya, 40 khalifah, 99 termasuk 40 orang yang berada di sisi wazir dan 313 Mursyid besar semua berada di Tarekat Naqsybandi. Di masa ini tidak ada kekuatan bagi tarekat lain untuk membawa seluruh orang mencapai tujuan akhirnya.

Pertanyaannya siapakah yang akan memimpin ummat ini untuk mempertanggungjawabkan segala amal perbuatannya dihadapan Allah SWT? Siapa yang akan menjadi Imam? Jika 124.000 sahabat dibawa, siapa yang akan menjadi Imam? Abu Bakar RA.

Setelah Abu Bakar RA yang kemudian menjadi Imam adalah para penerusnya yang tercantum dalam silsilah Tareqat Naqsyabandi, tentu saja pengangkatannya bukan karena garis keturunan, bukan pula atas persetujuan orang banyak akan tetapi telah di program oleh Allah SWT sejak 1400 tahun silam, “Kun Fayakun” maka tersusunlah Silsilah yang lengkap dari sejak Imam Pertama sampai akhir zaman kelak dan syukur alhamdulillah sekarang kita telah berada dalam silsilah terakhir yang membawa kita kepada kemenangan dunia akhirat.

Disetiap zaman hanya hidup satu orang Imam yang bergelar Wali Quthub (pemimpin para wali) dan setiap manusia dimuka bumi ini harus ikut kepadanya. Setiap manusia harus datang berbai’at kepadanya walaupun harus merangkak di atas salju dan harus menyeberangi tujuh samudera. Tahukah anda apa maksud hadist Nabi “Tuntut lah Ilmu walau ke negeri china?” karena Nabi mengetahui kelak di negeri China akan lahir seorang kekasih Allah, seorang Wali Quthub dalam Silsilah Naqsyabandi, Beliau tentu Syekh Muhammad Baba Samasi qs yang merupakan guru dari Syekh Amir Kulal qs guru langsung dari Syekh Bahauddin Naqsyabandi. Andai anda telah bertemu dengan Wali Quthub di zaman ini, maka anda tidak akan sibuk lagi menunggu Imam Mahdi datang atau menunggu Nabi Isa turun karena ibarat biji pepaya semuanya sudah ada di sana. Secara logika, kalau dengan Allah saja anda bisa dijumpakan oleh Beliau, apa sulitnya Beliau kenalkan anda kepada Imam Mahdi?

Imam Mahdi bukanlah seseorang yang telah gaib dan muncul kemudian di akhir zaman, bukan pula orang yang keluar dari tempat persembunyian karena selama ini takut dicari-cari musuh. Pemahaman keliru itu harus anda luruskan agar anda benar-benar bisa berjumpa dengan Imam Mahdi yang anda tunggu-tunggu sebab kalau pemikiran anda belum lurus nanti kalaupun berjumpa dengan Imam Mahdi yang sesunguhnya anda juga tidak akan terbuka hijab. Jangan anda menunggu Imam Mahdi di pinggir laut atau bertapa di dasar sumur karena sudah pasti anda akan disesatkan syetan yang sangat halus dan bisa menyerupai wajah apa saja. Imam Mahdi merupakan pangkat rohani yang disandang oleh orang pilihan Allah untuk meluruskan Iman manusia dan tentu saja Imam Mahdi tidak akan turun kecuali melalui Silsilah Thareqat Naqsyabandi yang merupakan Thareqat utama sebagaimana yang pernah disampaikan oleh Syekh Bahauddin Naqsyabandi, “Akhir seluruh Tarekat adalah awal dari Tarekat ini (Tarekat Naqsyabandi)”.

Sungguh luar biasa rasa syukur yang tidak terhingga atas karunia Allah SWT dengan diperkenalkannya kita dengan kekasih-Nya, seorang Wali Quthub Arif Billah yang sangat dicari oleh orang diseluruh muka bumi karena lewat Beliau lah pintu langsung untuk berhubungan dengan Allah SWT.