Monday, June 03, 2013

HAKEKAT  MARAH



Sebagai manusia, setiap orang dipastikan pernah marah. Menurut guru saya, marah memiliki unsur api yang dapat membakar pelakunya. Marah adalah nyala api yang berada dalam diri seseorang. Hanya saja nyala api tersebut tidak sampai membakar hati, ia hanya tinggal dihati seperti bara api di dalam abu. Kesombongan yang tertimbun dalam hati setiap orang yang angkuh dan keras kepala akan memunculkan nyala api ini seperti nyala api memercik dari besi. Sebagaimana kabar yang telah sampai pada kita, bahwa Allah menciptakan setan dari api. Bagi ahli bashirah yang melihat dengan cahaya yaqin, tampak dan tersikap bahwa diri manusia ada urat yang memanjang sampai pada setan yang terkutuk. Jika di dalam diri seseorang apai kemarahan menyala, maka pertalian setan didlam dirinyapun menguat. Didalam Al-qur’an Iblis berkata: (Aku lebih baik darinya: “Engkau ciptakan aku dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah”. Q.S: 7:12)

 Karakter tanah adalah berat dan diam, sedangkan karakter api adalah menyala-nyala dan membakar. hakikat marah menyebabkan darah kalbu mendidih untuk mencari pelampiasan, dan kekuatan itu dihasilkan dalam kalbu. Jika seseorang mrah akan tampak padanya empat efek: 

1.Wajahnya memerah padam, amat gemetas diseluruh tubuhnya, mata memerah, dadanya kembang kempis, dan karakternya berubah. Seandainya seseorang yang marah melihat dirinya saat marah tentu ia akan merasa malu melihat betapa buruk wajahnya. 

2.Efek yang muncul di lisan berupa umpatan, caci maki, sumpah serapah, kata-kata kotor, dan ungkapan-ungkapan yang apabila orang waras mengatakannya ia akan malu. 

3. Efek yang muncul berupa tindakan tubuh misalnya, memukul, melukai, membunuh, dan perbuatan yang dapat merugikan orang lain. Jika ia tidak dapat melampiaskan kemarahannya pada orang lain atau tidak mampu melampiaskannya, maka ia akan melampiaskan pada dirinya sendiri. 

4.Efek yang muncul pada kalbu terhadap sasaran amarahnya, berupa dendam dan dengki. 

Tingkatan kemarahan 


Seseorang yang marah memiliki tingkatan kemarahannya. Ada yang berlebih, ada yang kurang, dan ada yang sedang.

1.Marah yang berlebih, yaitu apabila kemarahan menguasai si pengidapnya, sehingga ia berada di luar kendali akal dan agam. Dengan kondisi marah yang demikian tidak ada lagi mata hati, tidak ada pertimbangan, tidak ada pikiran dan tidak ada pula pilihan, bahkan ia terjajah oleh kemarahannya. 

2.Marah yang lemah, kebalikan dari yang pertama; seseorang yang kedua ini adalah potensi kemarahannya yang amat lemah, dan ini tercela. Seseorang yang kondisi kemrahan seperti ini disebut dengan macan ompong nan kurus. Imam syafi’i berkata, “Orang yang tidak marah pada saat dia harus marah, berarti dia keledai”. Tingkatan kedua ini juga sama tercelanya dengan yang pertama. 


3.Tingkatan yang normal, dan inilah yang baik. Kemarahan yang bertingkat sedang ini adalah kemarahan yang menunggu isyarat akal dan agama. Potensi marah muncul karena saat ada sebab yang mengharuskannya marah, dan ia akan reda saat yang memang tidak boleh marah. 

 Maka barangsiapa potensi marahnya cenderung lenyap atau lemah hingga dia merasa dirinya tidak bersemangat dan amat kerdil untuk menanggung beban dan melakukan perlawanan yang mestinya dia lakukan, hendaklah ia meningkatkan potensi kemrahannya. Sedangkan orang yang tingkat kemarahannya berlebih hingga cenderung meledak-ledak, hendaklah ia mengurangi tingkat kemarahannya. Karena sebaik-baiknya perkara adalah pertengahannya.